SMS - ilustrasi: yourstory.com |
Jujur, saya orang yang agak malas
membalas SMS mahasiswa. Karena saya sudah pakai smartphone jadi agak malas
membalas SMS. Apalagi dengan adanya aplikasi seperti BBM atau Whatsaap, SMS
tidak begitu signifikan. Plus, biaya SMS yang saya anggap mahal untuk sekadar
berkirim pesan singkat. Lebih lagi saat sudah beda operator.
Harus
fikir-fikir lagi untuk berkirim pesan dengan pulsa yang mepet. Jadilah, SMS
bukan menjadi pilihan saya. SMS tidak lagi sepopuler saya masih memiliki
HP Nokia 3315. SMS memang masih menjadi prioritas saat itu. Walau masih sangat
mahal ber-SMS saat itu, sekitar Rp. 350/SMS. Dan 2016, masih populerkah SMS?
SMS atau
Short Message Service menjadi awal mula era pesan singkat. 140 karakter pada
SMS yang diciptakan Matti Makkonen asal Finlandia, dikirim pertama kali tahun
1992. 2 dasawarsa lebih kepopuleran SMS tercatat sejarah. Menurut riset
Informa, pada tahun 2012 ada sekitar 17,6 miliar SMS terkirim tiap harinya di
dunia.
Namun di
tahun yang sama, pesan singkat aplikasi OTT (over-the-top)
seperti WhatsApp, BBM, iMessage, dll mencapai jumlah 19 miliar pesan. Saat ini
SMS sudah kalah jumlah menurut Ofcom. Jumlah SMS terkirim sejak tahun 2011
menurun drastis. Saat ini, 50% pesan singkat terkirim melalui WhatsApp. Dengan
jumlah active user mencapai
700 juta lebih di 2015, dengan jumlah pesan mencapai 30 miliar perhari.
Sedang SMS hanya mencapai angka 20 miliar perhari.
WhatsApp VS SMS - grafik: The Economist |
Benarkah SMS tidak lagi populer?
SMS memiliki
kekhasan tersendiri bagi provider dan pengguna. Pertama, SMS lebih cepat terbaca.
SMS tingkat keterbacaan mencapai 90%. SMS memiliki sedikit sekali hambatan
teknologi komunikasi. Hanya dengan memiliki HP dan nomor telpon, semua orang
bisa ber-SMS. Tidak perlu lagi men-download aplikasi
OTT yang sama. Misalnya untuk BBM, user harus sama-sama mengunduh BBM untuk
bisa berkirim pesan. Kedua, minimnya gangguan dengan SMS.
Aplikasi
OTT dengan platform A2P (application
to person) bisa dengan mudah terganggu saat jaringan internet atau
server down.
Akibatnya, chat di BBM bisa terkirim berjam-jam kemudian. Berbeda dengan SMS
dengan paltform P2P (person
to person). Gangguan bisa sangat minim. Malah kadang tidak ada.
Selama ada sinyal provider dan pulsa, berkirim pesan pun real-time. Ketiga, SMS
mnjadi double-layer otentifikasi.
Saat ini
email pun akan terkoneksi dengan nomor HP. Saat ada otensifikasi, Gmail
misalnya akan memberi SMS konfirmasi ke HP. Begitupun saat ada orang lain yang
mencoba membobol email, akan ada notifikasi lewat SMS kita.
Secara
personal, saya anggap ber-SMS juga memiliki kekhasan. Pertama, ber-SMS harus
teliti dan berhati-hati. Dengan hanya 140 karakter per SMS plus biaya yang
'mahal', SMS mengetik SMS pun harus teliti. Mengirim ulang satu kata yang salah
ketik (typo) akan memakan pulsa kembali. Mengetik SMS pun harus sering-sering
melihat jumlah karakter dan SMS yang akan dikirim.
Kedua,
berkirim SMS itu eksklusif. Karena biaya SMS lebih mahal dari chat BBM yang
dihitung dari byte data, SMS itu eksklusif. Sehingga orang lebih memilih
meng-SMS atasan daripada chat dengan BBM misalnya. Atau misalnya ketika hari
Raya Lebaran. Lebih banyak yang masuk daripada pesan aplikasi. Ketiga, SMS pun
mengganggu.
Ironis
memang, tapi provider benar-benar memanfaatkan SMS secara optimal. SMS promosi
dari provider atau pengiklan pun hampir setiap hari muncul.
SMS Lebaran - ilustrasi: anangku.blogspot.com |
Bagi sebagian orang, ber-SMS
memang masi populer. Mungkin pula bagi mereka yang tidak mau repot-repot dengan
aplikasi pada smartphone, SMS menjadi prioritas utama. Biaya pulsa bukan lagi
masalah bagi mereka. Bagi orang-orang tua, SMS juga menjadi pilihan.
Tidak
ingin membawa smartphone mahal, cukup fungsi SMS dan telepon Dua fungsi yang di
smartphone dikembangkan lebih jauh dengan aplikasi chat dan video call. Bagi
anak jaman sekarang, chat BBM/WhatsApp lebih dipilih. Dengan paket internet
perbulan/per-kuota, berkirim pesan bisa un-limited. Apalagi ditambah emoji,
video dan foto upload, video call, dll, aplikasi ini menarik untuk mereka.
Namun
chat akan terhenti jika ada gangguang jaringan dan kuota habis.
Jadi,
masihkan SMS populer di 2016? Heloo... SMS akan tetap menjadi prioritas. Bagi
sebagian orang menjadi prioritas utama. Namun bagi yang lain, SMS adalah
prioritas darurat dan momen tertentu.
Referensi: cnet.com | telegraph.co.uk | thenextweb.com
Salam,
Solo, 04 Maret 2016
03:09 pm
(Reblog dari Kompasiana disini)
0 Comments: