ilustrasi: acaciahrsolutions.com |
Undangan acara gathering melepas para wisudawan itu datang 4 hari lalu. Aku baru sempat membukanya. Karena meja kerjaku di ruang dosen ini biasanya penuh surat-surat. Sebenarnya, kepala Prodi sudah mengabarkan jauh sebelumnya acara ini. Dan aku tahu, mahasiswa yang sibuk mengurus wisuda biasanya pun akan menghadiri acara pelepasan ini. Saya cukup mendoakan mereka untuk sukses. Kiranya kehadiran saya nanti tidak begitu berpengaruh banyak.
Acara yang setiap helatannya pasti kampus pun banyak 'dihiasi' tenda-tenda kecil. Tenda yang nantinya akan berisi background untuk berfoto untuk wisuda. Ada fotografer amatiran yang akan memfoto mereka bersama orangtua mereka. Dan biasanya pun, gedung serbaguna kampus kami akan bersolek. Karena pada acara wisuda gedung ini akan digunakan. Ia akan menjadi saksi sejarah mereka yang berbahagia telah menempuh studi untuk mendapat gelar sarjananya. Ah, aku hanya ingat hal-hal itu menjelang wisuda. Dan tentunya, setiap jurusan akan mengadakan pelepasan calon wisudawan. Biar rekan dosen yang lain yang datang. Ah, waktu acaranya bertepatan dengan sore hari.
Sore, sebuah waktu yang saya fikir waktunya saya untuk pulang ke rumah. Setidaknya waktu untuk beristirahat setelah mengajar seharian. Saya fikir pilih tidak hadir. Dan nanti sore juga akan ada tamu. Tadi pagi teman saya mengabari akan berkunjung ke rumah. Lagi pula, rekan-rekan dosen sepertinya jarang yang akan datang ke acara gathering pelepasan ini. Nanti, saya akan pamit dan ijin untuk tidak bisa menghadirinya. Ada surat lain terselip di sela-sela. Tertulis nama saya lengkap dengan title saya. Diketik dengan baik dengan tinta berwarna pada kop surat. Wah, surat undangan acara teater mahasiswa. Menarik. Sudah lama saya tidak menonton teater.
Namun sayang seribu sayang, teaternya dimulai pukul 7 malam. Teaternya dimulai hari Senin minggu depan. Karena malam hari waktu yang baiknya saya beristirahat di rumah bersama keluarga. Apalagi berakhirnya kadang tidak sesuai apa yang ada di undangan. Waktu dimulai pukul 7, biasanya jam 8 baru mulai. Lalu berakhir pukul 10 mungkin. Itupun sepertinya begitu. Lha, di kelas saja mahasiswa sering telat kok. Kabar teater ini sebenarnya saya sudah lihat di poster dan fammlet sekitar kampus. Posternya bagus. Ada sentuhan artistik yang mahasiswa buat.
Teaternya sih katanya bagus setiap tahun. Tahun kemarin beberapa penampilan sangat memukau kata rekan dosen. Saya turut bangga dengan mahasiswa saya. Kreatifitas mereka memang bisa terasah dengan teater ini. Saya bangga kalau melihat mereka yang hendak beraksi di teater saat di kelas. Semoga saja mereka tahu saya pun bangga dengan mereka. Walau cukup dengan pandangan saya. Saya rasa cukup. Seorang mahasiswa masuk ke dalam ruang dosen. Melihat saya sibuk membuka undangan yang ada, ia datang menghampiri saya.
Sembari salam lalu tersenyum ia minta ijin duduk. Saya persilahkan. Lalu saya bertanya apa gerangan urusannya bertemu dengan saya. Panjang lebar ia menjelaskan. Mahasiswa ini meminta saya menjadi juri perlombaan Cerpen siswa SMA. Ah, saya sampaikan saya harus menolak. Karena harus membaca cerpen dan menilainya, saya fikir agak memberatkan saya. Saya hanya bilang, mulai Senin minggu depan saya harus menghadiri teater mahasiswa di malam hari. Jadi agak sulit saya mereview cerpennya.
Silahkan cari juri lain saja. Mahasiswa itu tersenyum simpul. Nampaknya kebingungan, tapi setidaknya saya memberi solusi. Biarkan mereka berusaha semaksimal mungkin. Karena saya tahu mereka bisa menemukan juri lain. Entah siapa, setidaknya saya sarankan. Ah, saya fikir betapa sulitnya saya berbaur dengan kegiatan para mahasiswa.
Salam,
Solo, 15 Mei 2016
09:00 am
(Reblog dari Kompasiana disini)
0 Comments: