Mahasiswa - ilustrasi: students.telkomuniversity.ac.id |
Mahasiswa bukan lagi seorang
anak SMP/SMA yang seharusnya dituntun untuk melakukan sesuatu. Ia adalah
autonomous learner yang berkembang atas dasar pencarian ilmu atau kebenaran
secara mandiri. Dosen adalah orang yang menuntunnya. Tidak ada jalan yang salah.
Hanya saja dosen akan mengarahkan ke jalan yang benar. Walau kadang berliku dan
pelik serupa sulitnya konsultasi skripsi. Adakalanya, mahasiswa masih memiliki
sifat ke-SMP-an atau ke-SMA-an yang melekat. Atau maaf, malah sifat ke-SD-an.
Saya
yakin mahasiswa umumnya berusia 17 tahun ke atas. Hal ini menjadikannya matang
secara biologis untuk disebut dewasa. Namun secara psikis, ada hal yang
menjadikan mereka serupa anak SMA. Dosen tidak ingin muluk-muluk atau berharap
mahasiswa ideal yang setiap hari ia hadapi. Namun ada kalanya, sering,
mahasiswa yang saya tahu malah kedewasaan ini pupus.
Bukan
mencoba menyalahkan kenapa si mahasiswa tidak menjadi dewasa. Hanya pola fikir,
pola asuh dan karakter yang mungkin belum terbentuk. Toh, lambat laun mindset
orang dewasa akan terbentuk nantinya. Namun, akan sangat terlambat jika hal itu
terjadi di saat mereka lebih tua dari usianya saat ini.
Dan
beberapa ritual ini yang kadan menjadi cermin mahasiswa masih bertingkah tidak
dewasa. Ada polah yang membuat geram. Ada pula yang menurut saya lucu. Walau
sudah coba saya ingatkan mereka di satu waktu. Di lain waktu ritual ini masih
saja mereka ulang. Berikut beberapa ritual mahasiswa sebelum masuk kelas.
1.
Dosennya sudah masuk, mahasiswa masih nongkrong di depan kelas. Ya,
ritual ini seringkali membuat saya geram. Bagaimana tidak meresa demikian, saya
sudah masuk mahasiswa malah belum masuk. Mereka masih ngbrol dan cekikikan di
depan kelas. Baru setelah saya clingak-clinguk mempersilahkan masuk, mereka
baru masuk. Entah kenapa mereka minta saya mempersilahkan. Apa susahnya untuk
segera masuk setelah saya masuk.
2.
Mengerjakan tugas tepat sebelum masuk kelas. Ini
pula yang membuat saya tak habis fikir. Mahasiswa mengerjakan tugas tepat
sebelum mereka masuk ke kelas. Bukan lagi sistem SKS (Sistem Kebut Semalam)
yang mereka lakukan. Tapi sudah sistem CBSA (Copas Bro, Sampai Abis). Maka
ketika saya tanya kenapa tugas mereka mirip. Mereka hanya cengar-cengir dan
berkata baru mengerjakan tugas barusan. Dan ternyata, hal ini terkait ritual
nomor 1 diatas.
3.
Menghabiskan jajanannya. Maklum memang mahasiswa yang
kos mungkin tidak bisa sarapan. Sehingga banyak yang memilih membeli jajan atau
snack ringan. Dan ini menjadi alasan mereka untuk tidak segera masuk kelas.
Karena harus menghabiskan jajanannya. Biasanya saya persilahkan. Yang membuat
terenyuh, kadang sampah bungkus jajanan, mereka geletakkan begitu saja. Botol
bekas air mineral atau daun pisang bekas arem-arem terserak begitu saja di luar
kelas.
4. Foto
selfie sebelum masuk kelas. Ini ritual yang lucu menurut
saya. Mahasiswa berfoto selfie sebelum masuk kelas. Kadang sendiri, kadang juga
beramai-ramai. Mungkin mereka mencoba membandingkan diri mereka before and after masuk
kelas lewat foto selfie. Kadang pula, bukan sekadar sebelum masuk kelas ritual
ini dilakukan. Di dalam dan saat kuliah, tak jarang mereka juga berfoto selfie.
Seolah tiada waktu tersia untuk melihat diri mereka ber-selfie.
Mungkin
karena tidak seperti ketatnya saat SMP/SMA, menjadi mahasiswa adalah kebebasan.
Kebebasan untuk bertindak apa yang menjadi kehendak. Walau secara esensi
kebebasan yang melekat pada mahasiswa adalah kebebasan mencari ilmu. Bukan
kebebasan berperilaku. Karena tindak tanduk kita tetap dalam batas kewajaran
budaya dan norma. Mahasiswa lupa mungkin pada hal ini.
Ritual-ritual
tadi sebaiknya tidak harus ada. Karena beberapa ritual diatas mengganggu.
Sebagai individu mandiri, ada baiknya hal ini ditiadakan dalam kegiatan kuliah
sehari-hari. Mahasiswa adalah seorang individu yang benar-benar faham
lingkungan dan masa depan yang mereka tuju.
Salam,
Solo,
16 Februari 2016
02:22
pm
(reblog dari Kompasiana disini)
0 Comments: