ilustrasi: vocfm.co.za |
Mengikuti
momentum wisuda memang memiliki kesan tersendiri. Menyaksikan mahasiswa yang
dahulu dengan wajah polos dan lugunya masuk kelas. Mencoba memahami apa itu
kuliah dan mata kuliah. Lalu menyaksikan mereka hilir mudik di kampus.
Berinteraksi dengan saya atau teman-teman mahasiswanya. Wajah yang hampir tiap
semester terus bertambah dewasa menghadapi kuliah. Kemauan dan niat kuliah yang
kembang-kempis seperti sebuah keniscayaan. Dan kini, mereka berdiri dengan
pakaian yang rapih dan mentereng hendak di wisuda. Ada kegembiraan dan keharuan
saya menjadi bagian yang melengkapi kebahagiaan mereka diwisuda.
Ada pun doa dan
harapan yang terucap sunyi dalam hati untuk kesuksesan mereka. Wajah-wajah
bersuka cita mendapati akhir studi mereka tentu menjadi momen yang tidak bisa
dilupakan begitu saja. Berdandan dengan cantik dan berpakaian dengan sangat
rapih para wisudawan menjadi hal yang umum ditemui. Belum lagi mengabadikan
momen wisuda bersama teman, kerabat, keluarga dan calon pasangan juga menjadi
'ritual' tersendiri.
Orangtua
mahasiswa pun juga mengucap kesyukuran dengan anaknya sudah lulus S1.
Menghadiri dan turut berfoto bersama wisudawan juga hal yang tidak terlewatkan.
Dimana foto-foto dengan toga ini nanti akan hadir di tembok rumah atau album.
Menjadi sebuah momen berbagi kebahagiaan dan kesyukuran baik dari wisudawan
atau orang-orang dekatnya.
Bersiaga, Menyambut Karir Tentunya, dosen atau guru sekalipun bangga
menyaksikan mahasiswa atau siswanya lulus dan melanjutkan ke jenjang
berikutnya. Dan dalam wisuda, mahasiswa tentunya bisa melanjutkan karirnya ke
dua bidang. Pertama, melanjutkan studi ke S2. Bagi mahasiswa yang benar-benar
cinta ilmu, melanjutkan S2 tentunya menjadi prioritas utama. Membekalli diri
dengan ilmu yang lebih dari cukup. Untuk kemudian melanjutkan karir sebagai
guru, dosen bahkan peneliti. Dan tetap yakin bahwa ada karir yang baik untuk mereka
setelah lulus S2 bahkan S3. Jika ilmunya sudah menjadi spesialisasi, tentunya
ada bidang atau industri yang membutuhkan ilmunya. Sebuah hal yang harus tetap
menjadi keyakinan para pelanjut studi S2.
Kedua,
wisudawan tentunya bisa menjajal langsung dunia kerja. Menerapkan ilmu dan
pengalaman selama kuliah di dunia kerja. Walau mungkin bidang pekerjaan mereka
bisa saja berbeda dengan spesialisasi kesarjaanaan yang dipunyai. Pengalaman
kuliah dengan segala tekanan saat tugas tentunya bisa menjadi pelajaran
berarti. Betapa di dunia kerja tekanan (pressure) untuk menyelesaikan satu pekerjaan pun ada,
bahkan banyak. Juga pengalaman menjalin komunikasi dan birokrasi saat kuliah.
Baik komunikasi akademik dengan dosen. Atau memahami jalur birokrasi dan
administrasi dengan Kaprodi, dan unit-unit lain kampus. Tentunya memberikan
nilai bahwa komunikasi di dunia kerja pun harus dijalin dengan sabar dan
konsisten. Dunia kerja bukanlah dunia yang semudah dunia kampus.
Bahkan wisuda
adalah sejatinya awal perjuangan hidup untuk mahasiswa. Karena saat mereka
lulus, ujian hidup baru saja datang. Ada tuntutan keluarga untuk wisudawan
untuk bisa cepat bekerja. Belum lagi kerja yang diharapkan harus baik, bergaji
lumayan. Atau setidaknya pantas untuk dipandang tetangga atau anggota keluarga
lainnya. Mencari pekerjaan yang layak dan sesuai keinginan tidak semudah
membalik telapak tangan. Kecuali, seseorang yang berasal dari keluarga pemilik
perusahaan. Mencari kerja seperti mengorbankan idealisme dan menyerah pada
realitas. Menjadi sarjana sudah umum dan banyak sekali di dunia kerja.
Namun menjadi
sarjana dengan keahlian khusus dan memiliki life skill yang baik, ini
yang dicari banyak bidang pekerjaan. Dan semuanya dilatih dan didapat saat di
bangku kuliah, bahkan jauh sebelumnya. Proses yang lama dan melelahkan tentunya
harus ditempuh. Berpangku tangan dan menyerahkan mencari pekerjaan kepada
orangtua, membuat hidup tidak lebih berwarna. Lulusan yang mencari pekerjaan
sendiri dari nol lalu menjadi sukses di bidangnya. Tentunya memiliki banyak
cerita yang bisa diceritakan. Bahkan bisa menjadi motivasi tertentu untuk
sebagian orang. Berbeda rasanya jika semua di-handle orangtua. Dan semua
keputusan karir dan kehidupan semua menanti setelah mahasiswa wisuda. Sebuah
pengharapan akan semua yang baik tentunya saya haturkan dengan tulus.
Tinggal
lulusan nanti mau kemana. Kedewasaan dan kemandirian ditempa semaksimal
mungkin. Mereka yang menyerah saat beranjak saat merea selesai diwisuda. Sulit
rasanya menkmati kesuksesan di masa depan. Siapkanlah diri untuk segera
bersiaga mempersiapkan mental dan kemampuan bersaing di dunia kerja.
Berbahagialah, namun jangan terlalu terlarut dengan suka ria.
Happy
graduation for all my students. Proud of you all :-)
Salam,
Solo, 23 Maret 2016
10:23 am
(Reblog dari Kompasiana disini)
0 Comments: