foto: techradar.com |
Sejak
peluncuran pertama kali tanggal 1 September 2000, pada akhir tahun 2003 Nokia
3310 sudah laku terjual 126 juta unit. Dengan diawali lahirnya 3210 di tahun
1999, karir 3310 lebih mentereng daripada pendahulunya. Dengan bentuk yang
cukup nyaman digenggam. Bentuk bar phone dengan antena dalam dan lekuk yang pas,
membuat Nokia 3310 adalah handphone yang hand-friendly. Berat yang juga cukup ringan dibanding
pendahulunya, Nokia 3310 lebih ringan 20 gram (133 gram). Dengan dimensi yang
juga compact, 113 x 48 x 22 mm, Nokia 3310 sangat pas di saku celana. Belum
lagi casing bawaan pabrik yang kuat, Nokia 3310 menjadi handphone petualang
untuk kaum urban.
foto: techradar.com |
Layar
berlatar hijau 84 x 48 pixel memang bukan secanggih layar 4K smartphone saat
ini. Pada jamannya, layar mini sudah termasuk canggih dan mudah terbaca. Berkat
teknologi yang berbeda dari kebanyakan handphone masa itu, UI dari Nokia 3310
cukup baik. Dengan keypad yang juga responsif saat tangan menekan tombolnya,
Nokia 3310 miliki segala kemudahan smartphone saat ini. Di kanan bawah layar,
tombol navigasi yang cukup baik. Dengan tombol C sebagai tombol back dan hapus
SMS sistem navigasi keypad memang cenderung untuk orang bertangan kanan. Namun,
orang kidal tidak sulit untuk menyesuaikan.
Dengan fitur
tambahan lain Nokia 3310 mengantongi keunggulan. Kontak dapat menyimpan nama
sampai 250 nama. Dengan 35 ring-tone preloaded, orang akan tidak pernah lupa
jingle khas Nokia. Ditambah fitur program jam, stopwatch, kalkulator, dan
konverter mata uang menambah 'cerdas' Nokia 3310. Tidak lupa, game legendaris
Snake yang sampai saat ini menjadi ikon sebuah handphone. Tidak lupa, daya
tahan standby baterai yang mencapai 260 jam membuat penggunanya tidak sadar
kapan terkahir me-recharge handphonenya.
Dan, yang
menjadikan Nokia 3310 monumental adalah tren ber-gadget dan awal mula jaman
berkomunikasi via handphone. Siapa yang dulu tidak bangga memiliki Nokia 3310.
Pada masanya, harga Nokia 3310 tidak mahal, juga tidaklah murah. Karena membeli
gadgetnya, Nokia 3310, saja sudah mahal. Belum membeli SIM card perdana yang
harganya di kisaran ratusan ribu. Belum lagi isi ulang pulsa yang juga cukup
mahal di awal tahun 2000-an. Ber-gadget pada masa ini adalah soal status dan
melek teknologi.
ilustrasi: independet.md |
Juga pada masa Nokia 3310, dengan
juga diiringi produk saingan seperti Ericsson, Siemens dan Samsung era ber-SMS
booming. Walau harga pulsa dan SMS masih dikisaran Rp. 350 dan mahal pada waktu
itu. Era SMS adalah serupa era sosmed pada era sekarang. Disebabkan pula,
menelepon bahkan satu operator juga masih mahal, SMS adalah jawabannya. Era
dimana nostalgia berkirim pesan adalah pesan sesungguhnya. Bukan seperti era
medsos berbasis data saat ini. Berkirim pesan adalah menghabiskan data dan
tenggang waktu semata.
Nokia
3310 adalah penjelmaan slogan Nokia, yaitu Connecting People. Dengannya dan pada
masanya, orang terhubung satu sama lain. Orang melihat pentingnya memendekkan
jarak antar mereka dengan gadget kecil ini. Berbeda dengan saat, ini teknologi
komunikasi yang ada sekadar Connecting
Accounts. Dengan kata lain, gadget dan sosmednya menghubungkan
antar akun di dunia maya. Dengan kebebasan sebuah akun menjadi siapa saja dan
apapun. Berhubungan dengan gadget, seolah hilang ruh connecting-nya.
Sebaliknya, berkomunikasi via gadget, sekadar mengisi waktu luang dan
menghabiskan paket data.
Referensi: techradar.com
Salam,
Solo 27
Maret 2016
09:00 pm
(Reblog
dari Kompasiana disini)
0 Comments: