Car Horn - ilustrasi: blog.autointhebox.com |
"Tiiinn...nn!" "Diiiin..."
Bagaimanapun suaranya, klakson identik dengan lalulintas. Baik saat macet atau
lancar, ada saja pengendara yang mengendin klakson. Seolah sudah menjadi
makanan sehari-hari warga kota besar. Suara klakson saat macet sudah serupa musik
pengiring kejenuhan. Dari suara klakson pabrikan atau bawaan pabrik. Mulai
dari klakson motor yang sederhana 'tiinnn.." sampai 'diinnn..' untuk
mobil, suara seperti ini akan sering terdengar.
Ada juga klakson Hella dengan varian twin
tone yang rada nyaring disemat pengendara motor atau mobil. Atau di JKT,
klakson dari PJR atau mobil Polantas plus loud speaker-nya juga sering
terdengar. Mulai dari mentri sampai orang tenar, ditandai dengan bunyi-bunyi
klakson besar dan cenderung arogan ini.
Anda sebagai pengendara pasti mengklakson. Entah
saat darurat atau untuk mengingatkan pengendara lain, klakson jadi andalan.
Bahkan saat aki sudah soak dan suara klakson seperti orang bengek,
pengendara tetap mengklakson. Kalau bisa diumpamakan, orang mau celaka akan
ingat untuk menekan klakson daripada berdoa. Klakson menjadi media komunikasi
antar pengendara. Saat pejalan kaki bisa dengan bertegur sapa. Maka di lalu
lintas jalan raya, klakson menjadi andalannya.
Dan jika Anda amati dan renungi, klakson pun
seolah menjadi tuturan. Walau dengan suara sesederhana 'tiinnn..', ada tuturan
yang diucap. Dan selazimnya tuturan, ada makna dibaliknya. Ada sebuah potensi
menyampaikan pesan ke pengendara atau pengguna jalan. Dan jika ditelusur lebih
dalam, ada gaya dalam mengklakson. Gaya ini akhirnya menjadikan tuturan klakson
menjadi semakin kentara maknanya. Ada feasibility makna yang tersirat. Walau
secara tersurat hanya suara sederhana. Namun saat gaya berklakson digunakan,
spesifikasi makna terjadi. Berikut pemaknaan klakson yang saya amati.
1. Klakson sekali dan
perlahan
Kira-kira jika dibayangkan bunyinya
pelan dan gaya menekan klakson pun tidak dalam-dalam. Menekan klakson
harus cepat dengan sedikit tenaga. Sehingga suara yang timbul akan tidak
nyaring. Dalam suara dan gaya klakson seperti ini, ada makna menyapa. Biasanya
dilakukan jika pengendara mengenal pengendara atau pengguna jalan. Bisa saja
yang berpapasan adalah teman, saudara, kenalan, atau bahkan atasan. Karena
kalau Anda mengklakson terlalu dalam dan nyaring, maka makna yang muncul
berbeda.
2. Klakson cepat sekali
atau dua kali dan sedikit dalam
Bunyinya akan sedikit nyaring karena klakson
ditekan cukup bertenaga. Bisa dilakukan sekali sampai dua kali. Bunyinya
nyaring namun wajar. Dalam suara dan gaya klakson ini, ada pesan menyampaikan
hati-hati. Misalnya, saat ada pengemudi lain yang berjalannya agak terlalu
mepet dengan kendaraan Anda, klakson dibunyikan seperti ini. Suara nyaring
wajar pun mendukung makna hati-hati ini. Karena niatnya memang untuk didengar
baik-baik oleh pengguna jalan lain.
3. Klakson diulang-ulang
dan sedikit dalam
Klakson akan terus dibunyikan, dengan tinggi
suara serupa. Bunyi berulangnya bisa cepat atau dengan interval tertentu.
Menekan klakson pun cukup bertenaga. Sehingga pengguna jalan lain mendengar.
Dengan bunyi dan gaya seperti ini, ada makna tergesa atau darurat. Konvoi
kampanye atau iring-iringan motor dengan mobil jenazah biasanya membunyikan
klakson seperti ini. Selain menarik perhatian pengendara lain, gaya berklakson
seperti ini menjadi simbol agar pengendara lain segera minggir atau
menepi.
4. Klakson sekali dan
ditekan dalam
Bunyinya akan nyaring karena klakson ditekan
bertenaga dan dalam-dalam. Dilakukan sekali sudah cukup. Durasinya bisa sampai
5 detik. Dengan suara dan gaya mengklakson seperti ini tersirat makna kemarahan.
Laiknya serupa orang yang berteriak atau bersumpah serapah. Pengendara
membunyikan klakson seperti ini memang marah karena ada ancaman keselamatan
mereka. Bisa saat hampir mengalami kecelakaan atau mengalami kecelakaan itu
sendiri. Suara nyaring dan lama akan terdengar sebagai peringatan dan
kewaspadaan.
Klakson akan terus menjadi sarana komunikasi
tutur di jalan raya. Fungsi dasar kendaraan yang sebaiknya terus dijaga.
Hal yang memang akan selalu dicek para montir bengkel. Dan akan terus
dibunyikan pengendara walau aki sudah tidak nyala. Coba bayangkan Anda harus
berteriak atau bersuara lantang menggatikan fungsi klakson. Tidak hanya lelah,
namun akan mengundang banyak musuh dijalan raya. Karena komunikasi verbal akan
lebih menohok daripada klakson. Dan konvensi klakson yang diam-diam dijalan
raya fahami adalah, mengklakson silahkan tapi jangan membentak dengan ucapan.
Orang yang diklakson pun tidak akan merasa banyak masalah. Karena toh ada
konvensi lalulintas jalan raya yang bersama kita fahami.
Salam,
Solo, 16 Februari 2016
10:03 am
(Reblog dari Kompasiana disini)
0 Comments: