Sunday, December 28, 2014

Berebut Menjadi Sopir Oplet Tua Berjuluk Golkar

(ilustrasi: lampungonline.com)
(ilustrasi: lampungonline.com)
Partai Golkar atau Golongan Karya sejatinya serupa oplet tua dari jaman Orba. Kendaraan politik rezim Soeharto ini, sudah lusuh dimakan jaman. Namun, bandelnya 'mesin' oplet tua berjuluk Golkar masih menjadi pamor tersendiri. Oplet tua ini sudah berganti supir beberapa kali. Dengan lama sekali menjadi oplet plat merah, Golkar kini hendak dilelang menjadi plat kuning alias partai oposisi. Serupa warna khas Golkar yang kuning, kini Golkar yang bergabung ke dalam Koalisi Merah Putih bak hendak diremajakan. Bukan menjadi unit oplet baru. Tapi hanya berganti supir. Dan beberapa pihak beradu 'kuat' untuk menjadi sopirnya.

Kisruh berebut jabatan Ketum Golkar antara Aburizal Bakrie versus Agung Laksono kian memanas. Dua kelompok Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) yang hadir saat Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat kemarin (26/11/2014) di Jakarta saling adu jotos. Rapat Pleno dihentikan dan keputusan menyatakan untuk memecat Ketum Golkar Aburizal Bakrie dan Sekjen Golkar Idrus Marham. Rapat pleno ini juga memutuskan bahwa Munas di Bali 30 November nanti tidak sah. Munas yang dipercepat tersebut adalah tindakan intimidatif dan provokatif tegas Agung Laksono, Ketua Presidium Penyelamatan Partai Golkar. (berita: yahoo.co.id dari tempo.co)

Siapa Sopir Oplet Yang Pantas Menyupir Golkar?
(ilustrasi: lensaindonesia.com)
(ilustrasi: lensaindonesia.com)
Aburizal Bakrie alias Ical yang sudah memimpin Golkar sejak Oktober 2009 dari benar-benar ical alias hilang dalam bahasa Jawa. Bukan hilang secara fisik, namun hilang bertahap dalam karir politik. Ical alias ARB pada masa Pilpres dulu bergaya pemimpin pemimpi. Seorang merchant atau pengusaha yang bermimpi menjadi aristokrat handal. Gayanya yang selalu terlihat super mewah dan mampu membeli semua, bahkan partai tidak memiliki leadership yang mumpuni. Seolah, jabatan Ketum Golkar adalah pemuas birahi berkuasa semata. Memuaskan hirarki Maslow teratas untuk bisa aktualisasi diri. Saat uang sudah berlimpah, maka tahta pun menyusup ke angan. Menjadi Ketum Golkar bagi Ical bak berlagak hebat dan ngabehi (berkuasa) semua hal.

"Saya dan keluarga sudah keluarkan dana (untuk korban lumpur Lapindo) hingga Rp. 9 triliun dari uang pribadi saya, bukan perusahaan. Jadi kalau modal calon presiden katanya Rp. 3 triliun, saya sudah 3 kali jadi Presiden," (berita: vivanews.com)

Bagi seorang Aburizal Bakrie, birahi berkuasanya seolah tidak bisa terbendung. Segala daya dan upaya ia tempuh. Pola kepemimpinan lemah dan tidak tegas, menjadikan Ical mudah dibumbung (dibuai, Jawa) orang-orang dekatnya. Pola menjilat dan ABS (Asal Bapak Senang) pun dipraktekkan. Sempat elit Golkar mbumbungke (menjilat, Jawa) Ical untuk bersanding menjadi Capres dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bambang Soesatyo berseloroh meninggikan sang Ketum Golkar, agar bisa memenangkan Pilpres 2014 lalu, jika bersanding dengan SBY yang menjadi Cawapres. Walau buktinya, Ical bahkan tidak masuk radar Cawapres Prabowo. (Artikel saya yang membahas hal ini, Duet Maut ARB-SBY Sudah Diramalkan Sebelumnya)

Bambang (Soesatyo) meyakini akan banyak partai dan calon presiden yang melamar SBY untuk menjadi pendamping di Pemilu 2014.

"Termasuk Partai Golkar. Jika Pasangan ARB-SBY dapat diwujudkan, saya memprediksi Partai Demokrat akan diuntungkan," kata Anggota Komisi III DPR itu.
Ia menjelaskan elektabilitas partai Demokrat akan ikut melesat mengikuti Partai Golkar bila berduet di Pemilu 2014. (berita: tribunnews.com)


(ilustrasi: kapanlagi.com)
(ilustrasi: kapanlagi.com)
Lain lagi dengan kiprah Agung Laksono (AL). Seorang yang malang melintang di dunia politik dan birokrasi, baik legislatif ataupun eksekutif, AL tidak begitu mencolok di mata publik. Sempat menjabat Menpora periode 1998-199, Ketua DPR-RI periode 2004-2009, juga Menkokesra periode 2009-2014, Plt Menag 2014, Plt Menpora 2013. Politisi yang benar-benar lahir dan besar dalam partai Golkar ini, serupa sosok yang ditempa dua Rezim, Orba dan Reformasi. Pernah menjabat Sekjen PPK Kosgoro (Kesatuan Serbaguna Gotong Royong) periode 1990-1995. Sehingga, AL serupa murid padepokan Golkar sejak lama.

AL pun sempat diterpa masalah. Lain halnya dengan Ical yang birahi tahta, AL dikabarkan memiliki simpanan pada tahun 2012 lalu. AL yang  saat itu menjabat Menkokesra, digosipkan dekat dengan Sovie Djasmin, penyanyi era 80-an. Sovie mengaku sudah memiliki anak dan menjadi istri AL. Ia meminta pertanggungan jawab atas haknya sebagai istri. Sovie menagih janji AL yang hendak membelikan rumah dan biaya untuk anak. Karena Sovie juga dijanjikan jaminan untuk karir menyanyi agar sukses oleh AL. Walau AL menyangkal dengan tegas.

"Belum ada (tanggapan AL), makanya dalam minggu ini kalau enggak ada niat baik saya akan keluarkan bukti-bukti foto saya," kata Sovie saat dihubungi melalui telepon selularnya, Jumat (21/9/2012). (berita:okezone.com)

Bahkan saat Golkar ditempa stigma partai Orba pada masa Ketum Golkar Jusuf Kalla, ia konsisten pada pilihan partainya. Sebut saja Malkan Amin rekan AL di Golkar yang sempat menjabat Bendum Golkar periode 199-2005, menjadi kutu loncat. Malkan Amin meloncat ke partai pimpinan Surya Paloh, NasDem. Dan tahun 2013 lalu, sudah ada 11 politisi Golkar yang loncat ke parpol lain.
Sedang keteguhan AL terus ditempa di Golkar yang membuatnya ia semakin cinta dan juga semakin gerah. Ia gerah melihat polah Ical yang membawa Golkar seperti berjalan di tempat. Entah ada niat untuk menyabet posisi Ketum Golkar ke depan. Karena posisi di pemerintahan yang kini ia tidak pegang satupun. Menjadi Ketum Golkar mungkin menurut AL sudah cukup lumayan.

Golkar si Oplet Tua yang Tetap Eksis

Makin tua makin mahal, seolah tertanam di benak saat kata Golkar terucap. Golkar yang telah eksis di dua rezim, bahkan sekarang tiga dengan rezim Indonesia Baru akan tetap bertahan. Beragam terpaan dan bully politik sepertinya tidak menggoyahkan Golkar dengan nyata. Akar loyalitas kader yang mungkin sudah turun temurun antar generasi adalah keniscayaan. Golkar pun telah menancapkan kader dan politiknya sendiri kuat di kalangan pemerintahan. Residu rezim Orba dengan akar Golkar yang kuat, tentunya bukan hal sepele. Jika dibandingkan dengan parpol baru serupa Demokrat atau NasDem. Golkar tetap akan membayangi kepala akar rumput negera ini. Dari pejabat sampai tukang becak.

Kisruh internal Golkar, tak lepas dari sensasi adu jago antar sahabat. Tidak mungkin AL dan Ical tidak kenal baik. Sejak AL dan Ical menjadi Mentri, atau saat menjabat menjadi elit Golkar pasti ada hubungan 'mesra' dua sahabat. AL maraha dan gerah akan Ical seolah teguran kawan kepada kawan yang berbuat salah. Politisasi hanyalah anggapan para pengamat politik semata. Baik AL maupun Ical saya fikir tahu ini adalah masa sulit dalam persahabantannya. Tunggu saja, nanti mereka berdamai. Salah satu akan menjadi supir si oplet, sedang yang satu akan menjadi kernetnya.

Salam,

Tangerang, 27 Desember 2014

03:33 pm
(reblogged dari Kompasiana di sini)

Author:

0 Comments: