Friday, November 11, 2016

Menyelami Tragedi 'Salah Kamar'

Sumber ilustrasi: alluremedia.com.au
"Aduh, salah kamar!"
"Maaf salah kamar."
"Eh kok ke share di grup ini? Maaf"

Pernah Anda mengetik salah satu pesan diatas? Atau apapun yang Anda ketik ketika mengalami tragedi 'salah kamar'. Bukan makna sebenarnya 'kamar' secara fisik. Kamar di sini berarti grup, kanal, team, atau apapun di platform medsos kita. Grup yang berjejelan di WhatsApp misalnya. Atau deretan kanal di Telegram. Atau rentetan chat grup di FB Messenger. Atau apapun itu, mungkin sekali dua kali waktu pernah kita atau anggota grup sambangi dengan tragedi 'salah kamar'.

Dan menjadi fenomena mahfum di era gadget yang semakin personal seperti sekarang. Berinteraksi di platform chat lebih memberi sensasi buat kita. Dan tidak bisa dipungkiri bagi techno geek seperti saya, punya banyak grup memberi dunia saya lebih berwarna. Namun dalam beberapa hal juga memberi unsur 'ketidaknyamanan'. Baca artikel saya Bahagia Kekinian Dilegitimasi Media Sosial.

Oke kita kembali ke tragedi salah kamar. Mari kita longok sejenak apa sih yang sebenarnya meng-ignite salah share, pencet, atau select ini. Setidaknya ada tiga hal yang saya sudah berhasil tangkap. Hal-hal berikut bersifat tentatif. JIka ada hal yang lebih valid dan ilmiah, silahkan saja diberikan di kolom komentar. Dan saya merangkumnya ke dalam istilah Triple Over.

Over pertama adalah over number of groups. Jika sudah menginstal media sosial, minimal Facebook, akan banyak orang yang memasukkan kita ke grup buatannya. Lalu obrolan bersambut. Kadang grup juga bisa sepi. Dan akhirnya ada grup-grup gosip kecil juga dibuat. Lambat laun, grup akan semakin banyak. Dan saking banyaknya, kita akan lebih memilih grup yang lebih seru, serius, atau blak-blakan saja. Preferensi ini memang personal. Tapi banyak juga penyebabnya. Baca tulisan saya Inilah Hal-Hal Yang Membuat Grup Chat Ramai dan Kok Grup WA-ku Sepi?

Over kedua adalah over excited. Saat ada meme, berita, atau posting yang begitu seru, men-share bisa salah kamar. Karena kita begitu senang, marah atau bersemangat, sampai lupa harusnya dishare di grup 'The Gokilers', ternyata berakhir di grup tempat bekerja 'PT Angin Ditolak', misalnya. Betapa malu dan salting tentunya saat meme, berita, atau posting salah kamar. It's fine jika postingnya serius atau 'netral' dalam hal politis, agama, atau bahasa. Jika meme yang kadung di-share berkonotasi negatif, tentu kita langsung meminta maaf. Dan mau tidak mau, beberapa aplikasi tidak bisa me-retracted (menarik kembali) post yang sudah di-share.

Over ketiga adalah over gloomy. Ini masih terkait over kedua, namun berlawanan 
secara nature-nya. Saat kita begitu sedih, galau, dan kalut pikirannya, bisa pula kita ketik atau chat di kamar berbeda. Mungkin pula sudah 3 paragraf diketik saat sudah dipost, baru tahu curcolnya disebar di grup alumni. Inginnya curhat di grup "Rumahku Surganya" yang berisi 5 orang. Eh malah terlanjur di-post di grup "Alumni Kampus Biru Merona" berisi 250 orang. Perasaan akan beralih dari kalut menjadi sangat kalut. Walau mungkin ada anggota grup yang bersimpati, namun muka merah tidak bisa ditahan tentunya. 
Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan untuk meminimalisasi 'salah kamar'? Ada beberapa hal yang bisa saya sarankan.
  1. Me-mute notifikasi beberapa grup/kanal/chat grup yang tidak 'begitu penting'. Beberapa platform sosmed bisa melakukan ini. Namun setting untuk durasi harus selalu kita cek,
  2. Melihat isi berita/meme/posting dengan teliti. Karena kadang yang men-share posting sendiri tidak membaca apa yang di-share. Alih-alih berbagi hikayat damai, malah jadi alamat ramai di grup,
  3. Bersabar dalam men-share posting. Ya, sering-seringlah lakukan cek-n-ricek sebelum berita/meme/posting copas disebar. Dalam hal ini mengontrol emosi dan perasaan. Karena dua over tadi bisa jadi mengurangi fokus kita #BukanKurangAqu*,
  4. Pastikan ada paket data/wifi/koneksi internet. Karena sudah pasti tidak bisa share/post segala hal tanpa kebutuhan dasar platform sosmed ini. #Hehehe
Semoga bermanfaat.

Salam,

Wollongong, 11 November 2016

11:28 pm 
(Reblog dari Kompasiana disini)

Author:

0 Comments: