Thursday, May 19, 2016

Yuuk, Kenalan Dengan 'Internet of Things'

(ilustrasi: rickscloud.com)
ilustrasi: rickscloud.com
Jika Anda mendengar istilah internet, yang terbayang adalah koneksi di world wibe web (www). Adapun istilah-istilah seperti browsing, googling, atau inbox email akan terbayang. Anda duduk di depan komputer atau laptop lalu browsing. Ataupun membuka aplikasi Chrome atau Mozilla di smartphone, adalah sekelumit aktifitas yang kita lakukan di internet. Adapun download (unggah) atau upload (unggah) file ke dalam blogspot, email ataupun aplikasi cloud yang kita miliki di banyak tempat dan perangkat, adalah sedikit dari manfaat dari internet.

Lalu, apa hubungannya dengan 'things'? Internet of Things (IoT) sendiri sudah lama istilahnya dikenal. Sekitar tahun 1980-an, istilah IoT sudah dikoinkan. Pada waktu itu, mesin vending Coca Cola, dihubungkan dengan internet. Eksperimen ini dilakukan di Universitas Carnegie Melon, untuk memantau ketersediaan Coca Cola dingin hanya dengan mengunjungi satu situs di internet. Dengan cara ini, pengunjung mesin vendingCoca Cola tidak khawatir jika Coca Cola dingin tidak tersedia.

Dan sejak tahun 1999, istilah IoT pun mulai berkembang dan diaplikasikan pada banyak hal. Implan jantung dengan sensor pindai, hewan ternak dengan chip transponder, atau sensor pada mobil yang memberitahu pengemudi jika ban kurang angin, adalah beberapa IoT yang dikembangkan. Tipe-tipe IoT seperti ini lebih berbasis M2M atau machine to machine. Dan saat ini, IoT lebih intensif lagi dikembangkan. Dengan koneksi data yang lebih besar, juga server data yang lebih ciamik IoT berkembang menuju ranah integrasi smartphone dengan Anda dan hal-hal disekitar Anda.

Big Business Means Big Money

Pengembangan IoT paling signifikan adalah pada ranah home appliances dan security. Banyak dari kita ingin semua barang-barang di rumah bisa beroperasi otomatis. Mulai dari mesin cuci yang otomatis menuangkan air dan detergen untuk berat pakaian tertentu. Vacuum cleaner cerdas yang membersihkan lantai dengan menyeluruh dan bersih. Atau AC yang bisa memantau kebutuhan listrik dan temperatur yang sesuai jika ruang hanya dihuni satu orang. Aktifitas ini akan lebih mudah jika mengatur semua perangkat dan perabot ini hanya dengan smartphone Anda misalnya. Juga  banyak dari konsumen, ingin sekali rumah yang mereka tinggal aman. Bahkan bisa memantau rumah dan seisinya dengan hanya melihat aplikasi di smartphone Anda.

(ilustrasi: forbes.com)
ilustrasi: forbes.com
Dan semua hal ini, sedang terjadi. Menurut laporan Business Insider.com, connected-home devices seperti perabot diatas akan berkembang 67% lima tahun ke depan. Dengan prediksi jumlah total pada tahun 2019 untuk pengiriman mencapai 1,8 miliar perangkat. Di tahun ini saja, penjualan perangkat ini mencapai USD 61 miliar. Dan akan tumbuh 52% pada akhir tahun 2019 dengan total penjualan mencapai USD 490 miliar. Dan pada tahun 2020, ada sekitar 75 miliar perangkat yang akan terkoneksi menurut laporan Forbes. 

Pengembang aplikasi seperti Life360 dan Nest telah membuat aplikasi untuk memantau efisiensi energi rumah Anda. Aplikasi ini juga memantau keamanan dari rumah Anda, saat anggota keluarga keluar dari rumah. Perusahaan Duchoisois Group yang membuat pintu garasi otomatis bekerjasama dengan ADT untuk mengintegrasikan security monitoring rumah Anda dengan basis smarthome. Bahkan Facebook telah menjalin kerjasama dengan Chamberlain and Roost, sebuah perusahaan smart battery, untuk mengembangkan perangkat home-security

Social Media with Big Data Are The Players 

Saat pengembangan IoT sudah beralih ke ranah koneksi internet dan manusia, maka Google, Facebook, dan Twitter-lah yang merajai. Dengan jumlah user yang besar aplikasi Google +, Facebook dan Twitter bisa saja suatu saat membuka pintu garasi Anda. Daripada harus beralih ke aplikasi lain, saat Anda sedang chat Anda bisa juga menyalakan lampu dan AC sebelum Anda pulang saat sedang chat di Facebook misalnya. Dengan dasar  big data dari ketiga raksasa sosmed ini analisa data konsumen, target marketing audience dengan mudah bisa dibuat. Apalagi interaksi user dengan gadget-nya saat ini sudah sangat intensif. 

(ilustrasi: trulia.com)
ilustrasi: trulia.com
Sehingga, era IoT dengan basis connected-home devices dengan integrasinya pada smartphone mungkin terjadi. Ditambah koneksi jarangan komunikasi yang semakin cepat dan terjamin, era IoT dengan bentuk wearables pun bisa tercapai. Mengkoneksi iPhone dengan Apple Watch yang Anda pakai kini membuat semua hal semakin mudah. Walau basis wearables seperti smartwatch masih banyak berfokus pada memonitor kesehatan, bukan tidak mungkin akan merambah ranah lain. 

Beberapa perusahaan perangkat keras pun mulai melirik pasar IoT. Google Inc, terlepas dari Google+ telah mengembangkan self-driving car dengan basis Google map. Samsung pun sudah mulai membuat inovasi wearables seperti Samsung GearVR untuk model kacamata virtual reality. Microsoft pun hasir dengan Hololens, wearables augmented reality yang membuat dunia seperti animasi. Sampai Intel pun kin berfokus mengembangkan IoT pada perangkat komputernya.

Namun, perusahaan hardware ini sepertinya harus berkompetisi pada pengumpulan data untuk mengintegrasikan perangkat mereka. Sedang sosmed sudah lebih dahulu memilikinya. Walau era integrasi IoT secara signifikan masih dalam tahap pengembangan, bukan tidak mungkin hal ini terjadi. Dengan era virtual office, Anda mungkin tidak harus berangkat ke kantor Anda. Saat semua pekerjaan bisa dilakukan di rumah. Atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga, saat Anda sedang berwisata bukan tidak mungkin. Cukup dengan smartphone Anda, semua pekerjaan rumah, bahkan keamanan rumah bisa terjamin. Artikel terkati dari saya:

Salam,

Solo, 19 Mei 2016

03:30 pm
(Reblog dari Kompasiana disini)

Author:

0 Comments: