ilustrasi: news.com.au |
Lampu lalulintas, lampu merah, bangjo, apapun sebutannya menjadi alat pengatur keselamatan berkendara yang penting. Ia mengatur persimpangan padat agar kendaraan bergantian melintas dengan teratur. Ditambah dengan timer agar pengendara bisa waspada dan ancang-ancang. Karena kadang lampu kuning (oranye) tidak berguna menyimbolkan aba-aba baik untuk berhenti atau bersiap-siap jalan. Lampu kuning berarti jalan atau terobos saja. Banyak orang menanti dan mengejar lampu hijau.
Namun, banyak orang gerah dan mrengut jika mendapati lampu merah. Namun, tahukah Anda ada senyum yang tersungging saat lampu merah menyala. Beberapa pengendara seolah 'senang' menemui lampu merah menyala. Seolah dengan berhenti ada momentum yang patut dirayakan dan dinikmati. Bahkan, dari senyum pun ada yang berlanjut ke canda ceria di lampu merah. Ada pengendara juga yang mengurai senyum agar tidak ada rasa gundah. Ada pula yang senyumnya, dipaksakan. Senyumnya senyum jujur karena hal yang membuatnya harus jujur.
1. Senyum Sepasang Kekasih Inilah senyum yang begitu tulus terurai saat lampu merah menghentikan mereka. Baik di motor maupun mobil, lampu merah ada momentum bertutur mesra dengan singkat dan padat. Kekasih di atas motor tentunya akan menikmati tiap detik timer di lampu merah. Karena saat motor melaju, sulit berucap dengan posisi belakang depan. Saat lampu merah, setidaknya si pacar di bangku belakang bisa lebih mendekat. Lalu mulai berkata dengan lebih natural, mungkin juga mesra.
Sepasang kekasih di dalam mobil, mungkin inilah waktu saling pandang. Melihat rona merah di pipi sang perempuan yang coba digoda pacarnya. Mungkin saja, timer 120 detik tidak terasa bagi mereka yang dimabuk asmara. Ngobrol, bertukar senyum dan pandangan bisa berlanjut ke canda kecil. Lampu merah adalah momentum yang mungkin dinanti. Bukan untuk tidak disenangi. Berhenti sejenak di lampu merah adalah cara sepasang kekasih menunda waktu berpisah.
2. Senyum Orang Kepada Anaknya Ada pula pengendara yang membawa anaknya, akan berusaha menyungging senyum. Senyum ini tak lain adalah makna bahwa ada pelajaran yang penting di lampu merah. Dengan menaati warna lampunya, maka keselamatan pun bisa terjamin. Ada pula, orangtua yang saat berhenti memberi senyum agar anaknya bersabar. Entah bersabar untuk sampai rumah atau bersabar mendapat sesuatu di tempat yang mereka tuju. Orangtua akan lebih bisa bersabar daripada sang anak.
Orangtua pun, lebih memilih tersenyum kepada anaknya yang masih kecil agar bisa menyimak pelajaran penting di lampu merah. Senyum yang dibuat berbeda dengan tipe senyum yang pertama. Senyum yang dibuat bukan untuk menunda, tapi lebih bertujuan memberi edukasi atau 'penenang'. Tidak terbayangkan jika banyak orangtua yang tidak sabar dan menerobos lampu merah. Atau malah marah-marah mendapati dirinya berhenti di lampu merah. Memberi contoh buruk untuk anak. Bahwa lampu merah adalah hambatan. Bahwa lampu merah adalah masa untuk marah-marah.
3. Senyum Jujur Ketika Ditilang Yang ketiga, adalah senyum yang jujur. Senyum yang tersungging karena ada salah yang dibuat. Senyum yang jujur sekali datang dari hati. Senyum yang benar-benar menunjukkan kepasrahan total akibat perilaku buruk yang dibuat. Anda mungkin lihat orang yang nekat nylonong menembus lampu merah. Tiba-tiba ada polisi yang menghadang di depan. Atau ketika lampu merah, ada polisi yang menghampiri motor seorang pengendara karena tidak memakai dua spion.
Senyum yang tercipta adalah senyum pasrah meratapi nasibnya yang kena tilang. Senyum yang sebaiknya jangan Anda coba tiru saat di lampu merah. Walau kadang polisi tidak berjaga di pos dekat lampu merah. Atau memang tidak ada polisi atau posnya, senyum model ini akan datang kepada yang melanggar di satu masa. Mereka yang melanggar rambu setiap kali, hanya menumpuk karma yang mungkin terjadi di masa depan.
Dan, satu senyum lagi adalah senyum dari saya. Mengamati senyum-senyum yang ada di lampu merah kadang membuat saya tersenyum. Betapa dinamis dan berwarna lampu merah ini. Walau banyak yang mengeluh di lampu merah, ada juga aura senyum yang mungkin bisa Anda amati.
Salam,
Solo, 18 Mei 2016
07:30 am
(Reblog dari Kompasiana disini)
0 Comments: