Friday, May 20, 2016

E-Waste, Sebuah Bencana di Depan Pintu Rumah Anda

(ilustrasi: fastcompany.net)
ilustrasi: fastcompany.net
Tahukah Anda, di tahun 2014 lalu ada sekitar 42 juta ton kulkas, televisi, mesin cuci, dan peralatan elektronik bekas lain. Gunungan e-waste atau sampah elektronik ini jika dikalkulasi, diangkut sekitar 1.2 juta truk yang memanjang di sebuah jalan dengan panjang 23.000 km. Dalam e-waste ini, ada sekitar 16.500 kiloton besi, 1.900 kiloton tembaga, dan 300 ton emas. Jumlah total emas ini menyamai 11% dari jumlah produksi emas di tahun 2013 lalu. Dengan jumlah total dikapitalisasi semua mineral e-waste ini, maka menjadi USD 52 miliar.

Walau terdengar 'banyak' nilai finansialnya,e-wastejuga memiliki kenyataan yang tidak mengenakkan. Dalam 42 juta ton gunungane-wasteini, ada sekitar 2,2 juta ton mineral berbahaya. Yang termasuk ke dalamnya berupa timbal, kadmium, kromium, dan merkuri. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah kandungan CFC atau Chloro Flouro Carbon yang membahayakan lapisan ozon. Tidak tanggung-tanggung, kandungan CFC diperkirakan mencapai 4.400 ton. Sehingga,e-wasteadalah tambang mineral paling mematikan di dunia saat ini.

Dan tahukah Anda, di tahun 2014 lalu hanya seperenam dari e-waste ini dapat didaur ulang dengan baik. Negara manakah pembuange-wasteterbesar saat ini? Dengan diukur per kapita penduduknya, maka Norwegia memuncaki dengan 28,4 kg per kepala. Lalu diikuti Swiss (26,3 kg), Islandia (26,1 kg), Denmark (24 kg), Inggris (23,5 kg), Belanda (23,4 kg), Swedia (22,3 kg), Perancis (22,2 kg), dan berat yang hampir sama dengan Amerika Serikat dan Austria (22,1 kg).

(World E-Waste Offender Ranking 2014 - ilustrasi: forbes.com)
World E-Waste Offender Ranking 2014 - ilustrasi: forbes.com

Namun, jika dihitung per benua, maka Asia menghasilkan sampah terbesar per kepala. Dengan jumlah total 16 juta ton, maka per kepala membuang 3,7 kg e-waste tahun lalu. Sedang benua Eropa di urutan kedua dengan 15,6 kg e-waste per kepala. Benua dengan jumlah buangan e-waste terendah adalah Afrika. Dengan hanya 1,7 kg e-waste per kepala, dan tahun lalu hanya 1,9 juta ton e-waste dibuang di Afrika.

Lalu di Mana Indonesia?

Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta orang, Indonesia membuange-wastesekitar 3,0 kg per kepala. Dengan jumlah total tahun lalu mencapai 745 kilo ton. Termasuk sedikit dibandingkan negara tetangga terdekat Malaysia yang membuang 7,6 kge-wasteper kepala. Namun dengan totale-wastelebih sedikit, yaitu 232 kilo ton. Di Asia Tenggara sendiri, negara tertinggi pembuang e-waste adalah Singapura. Dengan per kepala membuang 19,6 kge-waste. Sedang Kamboja membuange-waste palingsedikit di antara negara ASEAN, yaitu hanya 1,0 kg per kepala.

Dan kondisi dan jumlah e-waste di Indonesia di tahun-tahun ke depan mungkin akan semakin bertambah dan buruk atau booming e-wasteE-wasteadalah sampah yang mengundang banyak perspektif. Karena kandungan mineral (besi, tembaga dann emas), e-waste kadang adalah komoditi tersendiri. Ditambah, kegiatan perbaikan dan penggunaan kembali di Indonesia, mendorong e-waste adalah komoditas bernilai guna. Toko-toko reparasi dan second-hand atau loak menjadi pendorong hal ini. Dan, pemanfaatan kembali komponen e-waste ini dampaknya akan negatif, baik untuk kesehatan dan lingkungan.
(Limbah Elektronik Yang Dicari - foto: tokopedia.net)
Limbah Elektronik Yang Dicari - foto: tokopedia.net

Kesadaran akan bahayae-wastedi Indonesia cukup tinggi dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. Perspektif penggunaan limbahe-wastesebagai komoditas jual dan reparasi atau 'kanibalisme' perangkat elektronik, membuate-wastebukanlah sampah atau limbah. Ditambah, aturan yang kurang jelas menyoal pengolahane-wastedi Indonesia membuat TPA yang ada tidak begitu banyak terlihat sampah elektronik. Diperparah, data akurat tentang jumlahe-wastedi Indonesia juga belum didapatkan. Jangan heran, jika perlahanbooming e-wasteatau bencanae-wastedi Indonesia akan terjadi di masa depan.

Atau mungkin, kita sedang menumpuk e-waste dibalik pintu-pintu gudang rumah kita?

Referensi:forbes.comi.unu.edu|theguardian.com| Widi Astutik 2013 jurnal.unpad.ac.id

Salam,

Solo, 20 Mei 2016

09:00 am
(Reblog dari Kompasiana disini)

Author:

0 Comments: