ilustrasi: goodthings4me.com |
Please, close the door behind you. Atau
dalam bahasa Indonesia, tolong pintunya ditutup kembali. Sebuah kegiatan
sederhana yang selalu saja lupa dilakukan mahasiswa. Masuk ke dalam kelas
telat, buka pintu lalu masuk ke dalam. Pintu lupa ditutup. Saya pun perlu
meminta dengan sopan untuk menutupnya. Kadang tidak hanya sekali. Beberapa
kali, sebanyak mahasiswa yang terlambat. Walau ada yang langsung 'klik' menutup
pintu kembali. Tapi mayoritas mahasiswa terlambat, lupa menutup kembali.
Padahal
mudah saja melakukannya. Kenapa ada seolah 'kebiasaan' mereka yang terlambat
masuk kelas, lupa menutup pintu kelas kembali. Hanya beberapa kelas yang
dilengkapi shutter otomatis pintu. Jadi pintu masih manual ditutup. Dan memang,
pintu di kelas umumnya dijumpai di rumah. Pintu rumah yang selalu dimasuki
keluar masuk. Kadang dan seringnya memang tidak ditutup. Yang ditutup pun,
biasanya pintu gerbang. Mungkin ada suatu 'kepercayaan umum', rumah dengan
pintu terbuka pemiliknya orang yang supel. Semua orang bisa bertamu. Dan
tentunya, tidak dianggap tertutup dan mengasingkan diri. Apalagi jika tinggal
di desa atau dusun dan perumahan warga.
Seringnya
pintu tertutup menyiratkan pemiliknya menutup diri. Sedang yang sering terbuka
tidak. Walau banyak juga saat ini yang menutup pintunya demi keamanan. Namun
tetap di waktu pagi atau sore, rumah di desa atau perumahan banyak yang sengaja
dibuka. Sehingga, kebiasaan ini dibawa ke kelas. Dengan anggapan kelas yang
dibuka serupa kelas yang tidak menutup diri. Salah kaprah yang luar biasa.
Kelas terbuka pintunya membawa beberapa mudharat tersendiri.
Kelas
akan seperti akuarium. Banyak orang atau mahasiswa yag lewat akan banyak yang
menengok ke dalam kelas jika pintu terbuka. Sekadar melirik atau mengamati
seksama kelas, menjadikan kelas serupa akuarium. Dan saya beserta mahasiswa
menjadi ikan-ikannya. Kedua, saya dan mahasiswa (ikan-ikannya) akan juga
menengok ke arah pintu. Jika banyak yang melihat atau dalam rombongan, kita
yang di dalam pasti menengok pula. Jadi saling tatap menatap. Apalagi jika
dibarengi cekikikan mahasiswi atau ocehan seronok mahasiswa. Kita yang ada di
dalam kelas langsung melihat arah pintu yang terbuka.
Merasa
penasaran atas apa yang terjadi. Membiarkan pintu terbuka seolah mengundang
penasaran. Baik yang melihat ke dalam (akuarium) dan yang ada di dalam
(ikan-ikannya). Entah kebiasaan di rumah atau 'penyakit' tata krama, mahasiswa.
Gejala lupa tutup pintu sering terjadi. Dan seolah menjadi hal yang umum.
Menutup pintu kelas adalah sebuah soft-skill yang patut dilatih. Tidak hanya
dikelas, di ruang kantor atau ruang direktur misalnya.
Menutup
kembali pintu adalah tata krama. Jika di masa depan mahasiswa saya lulus dan
berada dalam wawancara dalam ruangan. Lalu mereka lupa menutup pintu. Bukankah
hal itu mengurangi poin sikap. Menutup kembali pintu, sebuah kebiasaan mudah
yang sepertinya sudah mulai luntur. Masuk telat dan terburu-buru tidak
menjadikan alasan lupa menutup pintu kelas kembali.
Salam,
Solo, 30
Maret 2016
12:46 pm
(Reblog
dari Kompasiana disini)
0 Comments: