Thursday, March 31, 2016

Please, Close The Door Behind You

(ilustrasi: goodthings4me.com)
ilustrasi: goodthings4me.com

Please, close the door behind you. Atau dalam bahasa Indonesia, tolong pintunya ditutup kembali. Sebuah kegiatan sederhana yang selalu saja lupa dilakukan mahasiswa. Masuk ke dalam kelas telat, buka pintu lalu masuk ke dalam. Pintu lupa ditutup. Saya pun perlu meminta dengan sopan untuk menutupnya. Kadang tidak hanya sekali. Beberapa kali, sebanyak mahasiswa yang terlambat. Walau ada yang langsung 'klik' menutup pintu kembali. Tapi mayoritas mahasiswa terlambat, lupa menutup kembali.

Padahal mudah saja melakukannya. Kenapa ada seolah 'kebiasaan' mereka yang terlambat masuk kelas, lupa menutup pintu kelas kembali. Hanya beberapa kelas yang dilengkapi shutter otomatis pintu. Jadi pintu masih manual ditutup. Dan memang, pintu di kelas umumnya dijumpai di rumah. Pintu rumah yang selalu dimasuki keluar masuk. Kadang dan seringnya memang tidak ditutup. Yang ditutup pun, biasanya pintu gerbang. Mungkin ada suatu 'kepercayaan umum', rumah dengan pintu terbuka pemiliknya orang yang supel. Semua orang bisa bertamu. Dan tentunya, tidak dianggap tertutup dan mengasingkan diri. Apalagi jika tinggal di desa atau dusun dan perumahan warga.

Seringnya pintu tertutup menyiratkan pemiliknya menutup diri. Sedang yang sering terbuka tidak. Walau banyak juga saat ini yang menutup pintunya demi keamanan. Namun tetap di waktu pagi atau sore, rumah di desa atau perumahan banyak yang sengaja dibuka. Sehingga, kebiasaan ini dibawa ke kelas. Dengan anggapan kelas yang dibuka serupa kelas yang tidak menutup diri. Salah kaprah yang luar biasa. Kelas terbuka pintunya membawa beberapa mudharat tersendiri.

Kelas akan seperti akuarium. Banyak orang atau mahasiswa yag lewat akan banyak yang menengok ke dalam kelas jika pintu terbuka. Sekadar melirik atau mengamati seksama kelas, menjadikan kelas serupa akuarium. Dan saya beserta mahasiswa menjadi ikan-ikannya. Kedua, saya dan mahasiswa (ikan-ikannya) akan juga menengok ke arah pintu. Jika banyak yang melihat atau dalam rombongan, kita yang di dalam pasti menengok pula. Jadi saling tatap menatap. Apalagi jika dibarengi cekikikan mahasiswi atau ocehan seronok mahasiswa. Kita yang ada di dalam kelas langsung melihat arah pintu yang terbuka.

Merasa penasaran atas apa yang terjadi. Membiarkan pintu terbuka seolah mengundang penasaran. Baik yang melihat ke dalam (akuarium) dan yang ada di dalam (ikan-ikannya). Entah kebiasaan di rumah atau 'penyakit' tata krama, mahasiswa. Gejala lupa tutup pintu sering terjadi. Dan seolah menjadi hal yang umum. Menutup pintu kelas adalah sebuah soft-skill yang patut dilatih. Tidak hanya dikelas, di ruang kantor atau ruang direktur misalnya.

Menutup kembali pintu adalah tata krama. Jika di masa depan mahasiswa saya lulus dan berada dalam wawancara dalam ruangan. Lalu mereka lupa menutup pintu. Bukankah hal itu mengurangi poin sikap. Menutup kembali pintu, sebuah kebiasaan mudah yang sepertinya sudah mulai luntur. Masuk telat dan terburu-buru tidak menjadikan alasan lupa menutup pintu kelas kembali.

Salam,

Solo, 30 Maret 2016

12:46 pm
(Reblog dari Kompasiana disini)

Author:

0 Comments: