Thursday, May 28, 2015

Saat Batu Akik Mulai Berbicara


14260898101883921376
(ilustrasi: scienceblogs.com)
Duduk menikmati laju kereta menuju Kota Solo, pandang saya langsung tergugah pada satu fenomena. Ada satu penumpang, seorang bapak datang duduk di depan saya. Tidak ada yang aneh dari penampilannya, secara 'kekinian'. Jajaran cincin batu akik menghias jemarinya, menadi lumrah adanya. Kurang lebih ada tiga cincin kedua jari tangan sang bapak. Dan ada satu liontin akik yang cukup besar menggantung di dadanya. Saya maknai sedikit, sang bapak rupanya penggemar batu akik. Dan itu pun wajar adanya, secara 'kekinian'.

Beberapa saat duduk di depan saya, sang bapak mulai sibuk merogoh kantongnya. Dikeluarkanlah sehelai kain perca yang biasanya untuk mengelap kacamata. Tidak lama, segera digosok-gosoklah salah satu cincin akik yang berada di jari manis tangan kanan. Dengan gerakan maju-mundur teratur dan pendek, cincin akik sang bapak terus digosok. Saya agak sungkan bertanya kenapa ia melakukan hal ini. Saya juga akan kerepotan jika sang bapak malah nantinya menjelaskan soal cincin akik yang sedang digosoknya.

Mungkin pula, nanti saya diceritakan soal yang 'katanya' unggul soal si batu akik yang dikenakannya.
Walau terdiam dan khusyuk menggosok cincin akiknya, ada komunikasi yang hendak dibuat sang bapak. Ada makna 'kekinian' dan 'katanya' yang coba disampaikan. Mengurai makna ini, saya pun mencoba menuliskannya.

Komunikasi 'Kekinian' (Contemporary Trend)

Sebenarnya, sudah beberapa kali saya lihat orang yang khusyuk menggosok cincin akiknya. Entah apa yang hendak dicapai dengan terus menggosok sebuah batu. Namun, ada makna terselip dan sangat halus terbaca dari aktivitas ini. Nalar saya sebagai orang yang berada di luar (outsider), mungkin tidak bisa menerima mengapa batu harus terus-terusan digosok. Buat apa? Kalau untuk dikilapkan, bukankah cukup beberapa kali menggosok saja? Elemen solid atau padat gem stone, bukankah tidak bisa berubah. Tidak seperti elemen cair atau gas. Nalar awam saya, sebagai outsider, hanya bisa bertanya-tanya. Sedang untuk bertanya, ada kemungkinan skeptisisme yang mungkin dipahami oleh mereka para pecinta batu akik, insider.

Dengan menggosok, ada komunikasi yang hendak diciptakan oleh para insider. Seolah, jika menggosok batu akik mereka mengguratkan dua makna sekaligus. Pertama, 'mendeteksi' para pecinta akik. Dengan terus menggosok dan menggosok, mungkin saja ada pecinta batu akik yang heran dan bertanya. Seolah ingin menunjukkan dengan cara subtle (tidak sadar), menggosok adalah mendeteksi keberadaan pecinta akik lain. Mungkin saja, ketika sudah tahu ada yang menggosok batu akik, lalu bertanya-tanya. Batu apa yang digosok? Jenis apa? Hargaya berapa? Belinya di mana? Tentunya, secara kasar yang terjaring pada tahap deteksi adalah insider saja.

Sedang yang komunikasi kedua, adalah 'menseronokkan' batu akik. Jika tahap deteksi tidak tercapai, atau kebetulan di sekitar penggosok batu akik tidak para insider. Maka tahap ini pun secara subtle tercipta. Lebih tepat sepertinya komunikasi ini ditujukan untuk para outsider, seperti saya. Dengan terus menggosok cincin batu akik seolah memberi tahu ada yang istimewa di sana. Ada yang seronok yang hendak ditunjukkan. Walau akal awam saya sebagai outsider tidak bisa menerima aktivitas menggosok yang terlalu intens. Tetap bagi insider yang melakukannya, adalah hal biasa. Dan dengan biasa ini, ada yang hendak diseronokkan.

Dan dengan konteks kekinian (contemporary), baik outsider dan insider memaklumi (take for granted) hal ini. Dengan booming-nya cincin gem stone, dan salah satunya akik, maka dianggap 'wajar' menggosok atau aktivitas lainnya. Ada yang menggerinda, mencari alur warna batu, sampai menggosok dengan intens dianggap wajar saat ini. Dan komunikasi antar insider pun terjadi dengan dasar 'katanya'.

Komunikasi 'Katanya' (Group Bewilderment)

Mungkin agak sulit mencermati komunikasi yang coba saya urai pada 'katanya' ini. Karena saya sendiri adalah outsider dan hanya mendengar yang 'katanya' menarik di dunia gem stone. Maka komunikasi jenis ini hanya bisa saya hipotesis dari berita yang beredar. Atau kabar-kabar yang mengabarkan menyoal demam batu akik yang mewabah di Indonesia. Juga melihat mulai dari gerai batu akik pinggir jalan sampai pameran besar di mall, tidak heran ada kecenderungan kegembiraan yang sangat (bewilderment) yang terjadi saat kita menjadi insider.

Mulai dari ada yang berani membeli gem stone dari puluhan ribu, sampai ratusan juta hanya sebagian kecilbewilderment ini. Ada pula aktivitas mencari batu sampai ke dalam hutan berhari-hari. Adapun yang rela seharian menggerinda dan menggosok batu. Kegiatan yang saya saksikan di samping kos saya di Bandung beberapa waktu lalu. Seolah insider ini mencoba mengomunikasikan 'keahlian' dan 'kepiawaian' dalam mengolah batu mentah menjadi batu jadi. Setelah berbentuk apik dan menarik, mulailah diberi bumbu-bumbu katanya. Mulai dari corak yang menyimbolkan bentuk, nama, sampai gurat yang langka dan aneh. Para insider berkutat dalam komunikasi berdasar bewilderment ini.

Komunikasi grup ini berpendar semakin kuat jika masuk ke dalam lingkaran bewilderment. Di mana dari yang sekadar bertanya-tanya batu akik, sampai rela merogoh dalam kocek untuk mengoleksi beberapa buah komunikasi insider begitu kuat adanya. Karena tren yang sedang booming ada yang sengaja ikut dan terlarut. Atau adapun, yang seolah ikut dan terlarut, namun tahan akan hempasan bewilderment dalam lingkar insider. Orang-orang ini bukan outsider, namun mereka yang mencari kesempatan (opportunity) dalam tren ini. Biasanya kesempatan ekonomilah yang menjadi pendorong mereka.

Saya mungkin akan disebut sok tahu, jika mengurai lebih jauh bewilderment yang terjadi. Karena apa pun itu, ada pembenaran atas apa yang insider lakukan. Tentunya, hal ini bukanlah hal yang salah. Dan tidak sama sekali salah atau buruk mengikuti tren booming batu akik atau gem stone ini. Yang saya coba uraikan adalah, sebenarnya ada komunikasi yang hendak dijalin si batu akik.

Salam,

Solo,  28 Mei 2015

08: 34 am
(reblogged dari Kompasiana di sini)

Author:

0 Comments: